Departemen Farmakologi dan Terapi mempunyai sejarah yang panjang. Departemen ini sebelum tahun 2016 bernama Bagian Farmakologi dan Terapi, yang merupakan penggabungan dari 3 bagian yaitu Bagian Farmakologi dan Toksikologi, Farmakologi Klinik, dan Farmasi Kedokteran dengan sejarah masing-masing Bagian sebagai berikut:
I. Bagian Farmakologi dan Toksikologi
Awal Pengajaran Farmakologi (1946-1954).
Cikal bakal Bagian Farmakologi telah ada bersamaan dengan lahirnya klinik Perguruan Tinggi Kedokteran (PTK) di Surakarta pada 4 Maret 1946 dan bagian Pre klinik PTK di Klaten pada 5 Maret 1946. Pada waktu itu mata kuliah Farmakologi disebut ilmu khasiat obat yang diberikan oleh dr. Soenoesmo.
Periode 1954-1962
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM terbentuk secara resmi pada tanggal 1 September 1954. Kuliah Farmakologi Umum diberikan oleh Prof. Dr. Sardjito, sedangkan Kuliah Farmakologi khusus diberikan oleh dr, Sentral dan dr. Suwito dari Bagian Bedah FK UGM. Setelah mendapatkan upgrading dari Prof. Dr. R.A. Lewis, Visiting Profesor dari WHO, pada bulan Maret sampai September 1960, kuliah farmakologi khusus diberikan oleh dr. R.H. Yudono.
Periode 1962-1987
Mulai tanggal 1 September 1962, Kepala Bagian Farmakologi dipegang oleh dr. Yudono dengan dibantu oleh dr. Ida Bagus Oka sebagai Asisten Ahli dan dr. Sunarto, dr. Suprapto, dr. Palal dan Azwar Agus sebagai Asisten. Pada tanggal 1 Januari 1967 Bagian Farmakologi FK UGM pindah ke Gedung Farmakologi dan Fisiologi di Karangmalang dari Mangkubumen (Komplek Ngasem) Yogyakarta. Pada tahun 1967 itu juga Bagian Farmakologi mendapatkan Visiting Profesor dari WHO yaitu Prof. J. Venercek. Setelah kembali dari Institut Voor Pharmacologis Rijks Universiteit Nederland pada 1 September 1969, dr. R.H. Yudono mendapat brevet sebagai ahli Farmakologi dari FK UGM dengan Prof. J Vanecek sebagai pendidik.
Pada 1 Januari 1970 tugas Prof. J. Venecek berakhir dan ditarik kembali oleh WHO, dr. Mu’tasimbillah Ghozi, dr. Samekto Wibowo, dr. Rahardjo Darmanto, dr. Barmawi Hisjam, dr. Rusdi Lamsudin, dr. Armis dan dr. Burham warsito diangkat menjadi Asisten Ahli. Pada April 1971, Bagian Farmakologi pindah ke Sekip Utara. Bagian Farmakologi FK UGM mengalami masa pasang surut dalam jumlah staf pengajar pada masa kepemimpinan dr. R.H. Yudono. Beberapa asisten ahli mengembangkan karirnya di luar bagian Farmakologi di lingkungan FK UGM maupun diluar FK UGM, dr. Sulanto Saleh Danu diangkat menjadi Asisten dan pada tahun 1974 Drs. Med. Ngatidjan diangkat menjadi CPNS. Pada tahun 1975 dr. Budhiarto dan dr. Sumastuti menjadi asisten ahli baru.
Karena dr. Samekto Wibowo telah menyelesaikan brevet Farmakologi di Universitas Airlangga maka mulai tahun 1979 Bagian Farmakologi FK UGM berhak mendidik dan memberi brevet keahlian Farmakologi. Beberapa staf pengajar mendapatkan brevet ahli Farmakologi antara lain dr. Sulanto Saleh Danu (UGM), dr. Muchtan Sujatno dan dr. Adjad Sudradjad dari Universitas Padjajaran. Pada tahun 1983 dr. Ngatidjan dan dr Budhirto mendapat juga lulus brevet keahlian Farmakologi. Selama kurun waktu 1980-1990 beberapa staf Bagian Farmakologi telah dikirim ke luar negeri untuk meneruskan pendidikan dalam bidang farmakologi, dr. Budhiarto ke Hongkong, dr. Budiono Santoso ke Inggris dan dr. Ngatidjan dan dr Ishandono ke Melbourne Australia.
Periode 1987-2001
Bagian Farmakologi FK UGM mengalami perkembangan dan dinamika yang sangat cepat terutama dalam bidang SDM. Setelah dr. R.H. Yudono pensium, Kepala Bagian diteruskan oleh dr. Ngatidjan, M.Sc. Jumlah staf pengajar tinggal 8 orang dari 12 orang karena ada pengembangan Bagian Farmakologi Klinik. Bagian Farmakologi juga membina Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (FK UNLAM) Banjar Baru sejak tahun 1993. Beban tugas staf bagian terasa sangat berat di masa-masa tersebut. Penelitian tentang toksikologi, pengembangan obat tradisional, farmakokinetika dan farmakodinamika banyak dilakukan oleh staf pengajar Bagian Farmakologi. Bahkan pada masa ini nama bagian Farmakologi diusulkan menjadi Bagian Farmakologi dan Toksikologi tahun 1996-1997, beberapa staf melanjutkan pendidikan S3 ke luar dan dalam negeri dan dua orang staf melanjutkan ke pendidikan dokter spesialis.
Sejak dimulainya BBM (Belajar Berdasarkan Masalah) pada tahun 1992 untuk seluruh mahasiswa baru, beberapa staf Bagian Farmakologi terlibat dalam penyususnan modul dan tutorial, Tahun 1994, pnyempurnaan metode pengajaran dilakukan dengan kuliah menggunakakan team teacinng dan 2 arah. Kurikulum disempurnakan dengan memberikan mata kuliah Farmakologi pada semester IV dan Farmakoterapi pada semester V Evaluasi dilakukan melalui minites mingguan dengan pemberian materi terstuktur sebelum kuliah. Praktikum dan penugasan lebih bersifat aplikatif dengan menekankan pada upaya penggunaan obat yang rasional. Sistem ini dirasa menguntungkan bagi mahasiswa dan membuat mahasiswa aktif.
Bagian Farmakologi menyenggarakan program pendidikan S2 Minat Utama Farmakologi di bawah Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar, Program Pasca Sarjana UGM. Sebagai ketua minat pertama kali adalah dr. Budiono Santoso, Ph.D yang juga merintis pembentukan seksi/divisi Farmakologi Klinik di Bagian Farmakologi FK UGM dan akhirnya membentuk Laboratorium Farmakologi Klinik tahun 1987.
Periode 2001-2006
Di masa ini muncul berbagai isu seperti kurikulum Nasional berbasis Kopetensi (KIPDI III) oleh FK UGM, perubahan status UGM menjadi Perguruan Tinggi Berbadan Hukum Milik Negara, usaha UGM menjadi research University, maupun kewajiban memberikan jaminan mutu pendidikan yang terbaik bagi mahasiswa. Pada masa ini jumlah staf pengajar tinggal 12 orang.
Pada bulan Agustus 2003 Bagian Farmakologi dan Toksikologi mulai menempati ruangan baru di gedung Radiopoetro FK UGM. Bagian Farmakologi Dan Toksikologi merupakan salah satu Bagian yang mendapatkan fasilitas gedung dan laboratorium dari proyek OECF. Fasilitas yang dimiliki saat ini cukup representative untuk kegiatan praktikum, kuliah maupun penelitian bagi mahasiswa S1, S2 maupun S3. Diharapkan kajian bidang farmakodinamika, farmakokinetika, farmakoepidemiologi, farmakologi klinik, imunofarmakologi, farmakogenetik, farmakologi molekuler pengembangan obat tradisional dan toksikologi klinik semakin berkembang. Demikian juga kerja sama penelitian dengan berbagai intitusi seperti dengan Badan POM, DepKes RI, Industri Farmasi semakin berkembang.
Berbagai kegiatan penelitian telah dilakukan dalam 10 tahun terakir oleh staf Bagian Farmakologi & Toksikologi baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan intistusi lain baik dari dalam maupun luar negeri, antara lain pengembangan formularium untuk rumah sakit dan intansi pemerintah, penelitian mengenai medication error di di berbagai rumah sakit, pengembangan senyawa C-9154 sebagai antibiotik pengembangan senyawa 1,10-fenantrolin sebagai antimalaria, eksplorasi obat Indonesia untuk malaria dan kanker, penelitian epidemiologi, polimorfisme gen EBV-NPC, kajian toksisitas berbagai tanaman obat Indonesia.
Tahun 2005, dr. Iwan Dwiprahasto, M.MED.Sc.,Ph.D diminta menjadi wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan periode 2005-2009, Selanjutnya Dr. Mustofa, M. Kes., Apt ditunjuk untuk menduduki PJs. Kepala Bagian Farmakologi FK UGM, dr. Ngatijan, M.Sc., Sp.FK. juga ditarik ke Fakultas untuk menjadi Asisten Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan.
Periode 2006-2009
Dalam kurun waktu ini, 3 orang dosen menerima SK menjadi Guru Besar dalam bidang Farmakologi yaitu: 1. Prof. Ngatidjan, M.Sc., Sp.FK(K), Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D, dan Prof. Dr. Mustofa, M.Kes., Apt.
Daftar Kepala Bagian
Periode 1946-1954 : dr. Soenoesmo
Periode 1954-1962 : Prof. Dr. Sardjito
Periode 1962-1987 : dr. R.H. Yudono
Periode 1987-1991 : dr. Ngatidjan, MSc.,SpFK.
Periode 1991-1995 : Dr. Med. dr. Widharto PH, Sp.FK
Periode 1995-1997 : Dr. Med. dr. Widharto PH, Sp.FK
Periode 1997-2001 : dr. Ngatidjan. MSc.SpFK
Periode 2001-2005 : dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D
Periode 2005-2009 : Prof. Dr. Mustofa, M. Kes., Apt.
II. Bagian Farmakologi Klinik
Cikal bakal Bagian Farmakologi Klinik bermula dari pembentukan Seksi Farmakologi Klinik/Divisi Farmakologi Klinik di Bagian Farmakologi pada tahun 1983. Sebelum itu, sejak 1979 juga telah dibentuk Kelompok Kerja Farmakologi Klinik di FK-UGM yang beranggotakan staf farmakologi dan bagian-bagian klinik, dengan koordinator dr. Budiono Santoso Ph.D. Kesempatan berkembang pada tahun1987 dengan adanya perubahan tata organisasi di UGM pada tahun tersebut Fakultas Kedokteran mengembangkan pendirian Laboratorium, sehingga kemudian terbentuk Laboratorium Farmakologi Klinik. Perubahan tata organisasi terjadi lagi pada tahun 1996, yang mengubah status Laboratorium Farmakologi Klinik menjadi Bagian Farmakologi Klinik. Di kalangan mahasiswa, rekanan, dan konsumen, Bagian Farmakologi Klinik lebih dikenal dengan nama “Farklin” Nama ini merupakan singkatan yang mulai dipopulerkan oleh mahasiswa Kedokteran angkatan 1987. Karena sebutan ini pula, maka Website Bagian Farmakologi Klinik diberi nama://www.farklin.com.
Dalam kurun waktu 18 tahun Farklin telah berkembang pesat. Telah berkembang pesat. Saat ini Farklin memiliki 4 Divisi yaitu Pendidikan S1, Pendidikan S2, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Divisi Penelitian melingkupi 4 Laboratorium, yaitu Laboratoriun Farmakokinetika dan Ketersediaan hayati, Uji klinik, Kebijakan dan Manajemen Obat dan pengembangan Pendidikan Farmakologi Klinik. Laboratorium Farmakokinetika dan kesediaan hayati pada saat itu sedang menjalani proses akreditasi nasional sebagai laboratorium pengujian. Farklin merupakan salah satu Departement of Clinical Pharmacology di negara berkembang yang aktif menyumbangkan penelitian pendidikan di bidang farmakologi Klinik/farmakologi terapi untuk mahasiswa Kedokteran. Staf Bagian sering diundang untuk berbicara tentang pengembangan farmakologi klinik di pertemuan-pertemuan internasional. Tahun 2001/2002 mendapat kepercayaan IUPHAR untuk mengkaji dan mendefinisi-ulang peran, lingkup dan organisasi Farmakologi Klinik di negara berkembang, bahkan menduduki posisi komite.
Tahun 1995 Farklin bersama-sama dengan beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu mendirikan Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM (Centre for Clinical Pharmacology and Medicines Policy Studies). Oleh karena kontribusinya dalam pengembangan strategi peningkatan penggunaan obat secara rasional di skala internasional, Pusat Studi ini sejak tahun 1996 ditunjuk menjadi WHO Collaboration Centre for Research and Training in Rational Use of Medicines.
Farklin secara aktif terlibat dalam pendidikan S1,S2, maupun pembibingan untuk mahasiswa S3. Untuk pembibingan mahasiswa S3, staf Bagian Farmakologi Klinik telah terlibat sedbagai penguji luar maupun sebagai pembimbing program doctor di beberapa Universitas di luar negeri.
Perkuliaan S1 Farklin pada semester 8 mahasiswa kedokteran dimulai pada tahun 1989. Sebelumnya, selama tahun 1987-1988 dilakukan pengembangan dan uji-coba modul-modul perkuliahan. Materi perkuliahan dibukukan dengan Farmakologi Klinik dan Farmakoterapi, dan diberikan secara Cuma-Cuma kepada seluruh mahasiswa S 1. Materi lengkap pada saat itu juga dapat didownload tanpa biaya dari website http://www/farklin.com. Beberapa Fakultas Farmasi dan kedokteran di Indonesia telah mengabdopsi beberapa materi untuk digunakan dalam perkuliahan mereka. Evaluasi terhadap mutu pembelajaran dilakukan secara berkala. Evaluasi terakhir dilakukan pada tahun 2004, dan hasilnya dipresentasikan di VIII World Conference on Clinical Pharmacology and Therapeutics di Brisbane, Agustus 2004. Hasil evaluasi menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas untuk mata kuliah farmakologi klinik meningkat secara konsisten.
Staf Farklin selama bertahun tahun secara aktif terlibat dalam pergerakan internasional untuk memasukan konsep obat esensial dan pengobatan rasional ke dalam kurikulum kedokteran antara lain:
- Sebagai pembicara di kursus internasional untuk memasukan konsep obat esensial dan pengobatan rasional ( Netherlands, 1994 dan Filipina, 2001)
- Plenary lecture di VII World Conference on Clinical Pharmakology and Therapeutics (Brisbace, 2004), dengan judul”Contribution of clinical pharmacology in promoting rational use of medicines in developing countries”
- Workshop on Integrated Pharmacotherapy Teaching in Medical Curricula, menghasilkan rekomendasi yang mencakup rumusan kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter umum di bidang farmakoterapi, core content, core skills, dan core attitude farmakoterapi, dan strategi agar pengajaran farmakoterapi dapat terintegrasi dengan baik dalam pengajaran ilmu- ilmu klinik.
Pada jenjang pendidikan S2, Farklin menyelenggarakan program Magister Manajemen dan Kebijakan Obat (MKO) di bawah kordinasi Program Studi S2-IKM. Support group untuk MKO antara lain Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM dan Internasional Network for Rational Use of Drugs (INRUD). Tujuan untuk mempersiapkan tenaga professional yang mampu mengelola kebijakan obat dan mengelola program yang berkaitan dengan obat public di tingkat nasional, Propinsi, kabupaten, maupun di instusi pelayanan kesehatan swasta.
Dalam kurun waktu 1996-2005 jumlah peserta program pendidikan MMKO adalah 101 orang yang tersebar di 24 propinsi kualitas tesis pada umumnya memenuhi standar Internasional. Sebanyak 13 paper alimni MMKO berhasil dipresentasikan dalam Internasional Conference in Improving the Use of Medicines (ICIUM), Februari 2004. Alumni MKO juga difasilitasi untuk terlibat dalam evaluasi kebijakan nasional.
Program pendidikan non-gelar seperti kursus/pelatihan jangka pendek telah diselenggarakan sejak 1987 dalam bidang evaluasi obat, manajemen obat, penelitian klinik, biostatistik, dan penelitian ketersediaan hayati obat dilaksanakan 1 kali setahunFarlin telah banyak melatih individu, staf berbagai kota di Indonesia untuk menjadi independent drug evaluator. Di tingkat Internasional, Bagian farmakologi klinik menjadi tujuan fellowship WH) untuk kursus/pelatihan di bidang evaluasi obat dan uji kesediaan hayati.
Dalam bidang penelitian, Laboratorium Uji Klinik saat itu merupakan suatu Contract Researh Organization (CRO) yang memegang prinsip good clinical research practices (GCP). Kerja sama kegiatan dilakukan berdasarkan permintaan industri farmasi, meliputi pengembangan protokol uji klinik, merancang case report forms, manajemen uji klinik, monitor, dan analisis data.
Laboratorium Farmakokinetika Klinik dan Ketersediaan Hayati eksis sejak tahun 1987. Sampai Tahun 2006 telah melakukan lebih dari 100 pengujian untuk memastikan kualitas sediaan generik maupun branded generics, sebagai bagian dari proses premarketing approval oleh Badan POM, juga melakukan pengujian untuk formulasi sediaan baru. Pada pengembangan pendidikan Farklin, pengembangan yang telah dilakukan meliputi pengembangan modul pembelajaran farmakologi klinik dan farmakoterapi. Publikasi antara lain “Drug advertisement a critical lesson for Indonesia students “ tentang hasil uji coba salah satu modul untuk menelaah iklan obat. Modul ini diadopsi oleh WHO dan HAI Europa menjadi buku How to Respond to Drug Advertisement: A Practical Guide for Health Professional Students. Farklin juga telah terlihat dalam pengembangan modul dan uji coba Guide to Good Prescribing (GGP) bersama Fakultas kedokteran dari 7 negara. Buku ini dipakai oleh ± 80% Fakultas kedokteran di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam 23 bahasa. Farklin juga memberikan pelatihan dan konsultasi kepada lembaga-lembaga swasta dan pemerintah berbagai negara bahkan untuk mempersiapkan laboratorium penelitian farmakokinetika klinik di berbagai pusat riset negara lain.
Laboratorium Kebijakan dan menejemen Obat banyak bekerja sama denga Pusat Farmakologi Klinik dan KEBIJAKAN Obat UGM, Magister Manajemen dan kebijakan obat, serta berbagai institusi pelayanan kesehatan di luar UGM. Dalam kurun waktu 2001-2006 telah dihasilkan 32 penelitian, sebagian besar dipublikasi di jurnal manajemen Pelayanan Kesehatan. Tiga belas karya terpilih dikomunikasikan di internasional Conference on Improving the Use of Medicines di Chiangmai 2004.
Kegiatan pengabdian langsung ke masyarakat antara lain diwujudkan dengan dialog-dialog interaktif melalui media masa cetak maupun elektronik, ceramah umum, dan pengembangan modul pelatihan mandiri untuk digunakan oleh masyarakat. Salah satunya modul CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan swamedikasi. Modul ini banyak mendapat perhatian dari berbagai pihak baik nasional maupun internasional. Desember 2005, WHO menyelenggarakan Wrskshop yang diikuti 9 negara di Asia dan Pasifik untuk menyebarluaskan CBIA ini sebagai suatu model pilihan untuk pemberdayaan masyarakat.
Staf Farklin juga terlibat dalam perumusan kebijakan publik di tingkat daerah, nasional dan internasional, dan menjadi konsultan departemen kesehatan di berbagai negara. Sejak tahun 1989 staf Farklin selalu diminta menjadi konsultan WHO dan beberapa badan donor Internasional lain untuk membantu pengembangan program nasional dalam bidang obat esensial, kebijakan obat manajemen obat, dan peningkatan penggunaan obat secara rasional di berbagai Negara. Negara yang telah memakai jasa konsultan Farklin antara lain Nepal, Myanmar, Kyrgstan, Sri Langka, Bangladesh, Maldives,PakistaN,Combodia, Lao, China, Vietnam, dll, Pada waktu artikel ini disiapkan, seorang staf Farklin sedang didomikasi untuk menjadi anggota Dewan Pengawas Narkotika Internasional. Kemampuan staf Farklin sebagai fasilitator Internasional merupakan aset universitas yang sangat berharga. Hasil evaluasi berbagai pelatihan Internasional, menunjukan bahwa staf Farklin merupakan fasilitator favorit. Selain itu Farklin pada saat itu juga mendapat kepercayaan sebagai penyelenggara berbagai pertemuan internasional, utamanya untuk pengembangan, mengujicoba, mengevaluasi suatu materi kursus baru, dan mempersiapkan template untuk digunakan oleh penyeleggaraan selanjutnya.
Daftar Kepala Bagian
1987-1996 : dr. Budiono Santoso, PhD., Sp.FK.
1996-1999 : dr. Budiono Santoso, PhD., Sp.FK.
1999-2005 : Dr. Sri Suryawati
2005-2009 : dr. H.Sulanto Saleh Danu, Sp.FK.
III. Bagian Farmasi Kedokteran
Pendidikan Kefarmasian bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM tahu 1950-1961 dikenal dengan nama ilmu resep. Ilmu Resep diberikan pada tingkat kepaniteraan oleh apoteker apotek RS Gadjah Mada. Semenjak tahun 1961 dengan dipimpinnya apotek tersebut oleh Dra. Mamik soeparmi,Apt. maka ilmu resep diajarkan pada mahasiswa S1 dan mahasiswa tingkat profesi (koas) bekerja sama dengan Fakultas Farmasi UGM. Dengan semakin pesatnya perkembangan obat dan tehnologi kefarmasian maka menuntut pendidikan kefarmasian bagi mahasiswa Kedokteran yang lebih luas sehingga pendidikan kefarmasian perlu dikelola sendiri oleh Fakultas Kedokteran. Oleh karenanya pada tahun 1970 berdirilah Bagian Farmasi Kedokteran dengan ketua Bagian Dra. Mamik Soeparmi, Apt.
Seiring dengan perkembangan waktu dan tuntutan pendidikan, bertambahlah jumlah staf pengajar di Bagian Farmasi Kedokteran FK UGM. Perkembangan tersebut juga terjadi di beberapa Fakultas Kedokteran di Indonesia oleh karena itu pada tahun 1982 terbentuklah perkumpulan staf pengajar ilmu farmasi di Fakultas Kedokteran yang dikenal dengan nama Perhimpunan Farmasi Kedokteran Indonesia (PEFARDI). Dengan adanya organisasi tersebut para staf pengajar dapat bertukar ilmu. Hasil yang diperoleh dari beberapa pertemuan anggota PEFARDI antara lain mengubah sistem pembelajaran ilmu Farmasi Kedokteran yang sebelumnya berorientasi pada teknik meracik obat menjadi pembelajaran yang berbasis pada penderita (Patient oriented).
Sampai tahun 2009 bagian Farmasi Kedokteran menempati gedung di lingkungan FK UGM yang terletak disebelah timur RSUP dr. Sardjito. Fasilitas ruang diskusi, ruang laoratorium yang memadai dan perpustakaan dapat menunjang proses pembelajaran mahasiswa.
Ilmu Farmasi Kedokteran merupakan Ilmu kefarmasian yang diberikan kepada calon dokter agar dapat mewujudkan terapi obat yang diberikan kepada penderita melalui preskripsi yang benar (lege artis) dan rasional. Proses pembelajaran Ilmu Farmasi Kedokteran diberikan melalui kuliah, untuk meberikan ilmu dasar (basic), dan diberikan pula dalam bentuk latihan ketrampilan, demontrasi (peragaan) dan diskusi kelompok. Dengan proses pembelajaran tersebut, tujuan pendidikan Farmasi Kedokteran dapat terwujud. Metode pembelajaran untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM yang berdasarkan masalah (PBL) dilaksanakan secara terintegrasi dengan beberapa ilmu yang terkait, maka penyerapan ilmu Farmasi Kedokteran bagi para mahasiswa semakin baik.
Beberapa penelitian yang mendukung program unggulan Bagian Farmasi Kedokteran tentang obat tradisional, masalah epidemologi obat dan quality control obat telah dilakukan para staf pengajar. Salah satu staf Bagian Farmasi yaitu Dra. Mae Sri Hartati W. MSi., Apt, yang berminat melakukan penelitian pengembangan obat tradisional telah berhasil menemukam senyawa aktif 16,17-dehidrodeasetil, 5a-oleandrin yang berpotensi dikembangkan sebagai obat anti kanker ginjal, dan 5a oleandrin sebagai obat anti kanker servik. Staf tersebut beserta staf yunior dr. Heri Wijanarko, MSi pada saat itu, berhasil pula menemukan senyawa baru (phalerin) hasil isolasi daun mahkota dewa yang berpotensi sebagai immunomodulalator.
Kerjasama yang telah dibina antara lain kerjasama dengan Fakultas Farmasi UGM dalam bidang Pendidikan dan penelitian, dengan yayasan Kucala dalam bidang Pengabdian masyarakat, dengan perhimpunan Farmasi Kedokteran Indonesia(PEFARDI) dalam bidang pendidikan dan pengabdian masyarakat, dan dengan Badan Informasi Daerah DIY dalam bidang Pengabdian Masyarakat’.
Kegiatan di bidang pengabdian masyarakat meliputi penyelenggaraan kursus bagi tenaga asisten apoteker dan atau para medis, seminar/penyuluhan pengetahuan obat modern dan obat tradisional kepada masyarakat baik dalam bentuk ceramah maupun dialog interaktif. Disamping itu Bagian Farmasi Kedokteran juga memberikan layanan Kefarmasian baik kepada residen maupun mahasiswa S1, S2,dan S3 Fakultas Kedokteran dalam menentukan formula sediaan obat yang digunakan sebagai bahan penelitian.
Daftar Kepala Bagian
1970-1992 : Dra. Mamik Sopeparmi, Apt.
1992-1996 : Dra. Soepartinah, SU., Apt.
1996-2002 : Dra. Sri Suharmi MS, Apt.
2002-2005 : Dra. Tri Murini, M.Si., Apt
2005-2009 : Dra. Sri Suharmi MS, Apt.
——————————————————————————————————————-
Pada awal penggabungan ketiga Bagian tersebut, Bagian Farmakologi dan Terapi terbagi atas 7 divisi yaitu: 1. Farmakologi Molekuler dan Farmakogenetika, 2. Farmakoepidemiologi dan Farmakoekonomi, 3. Manajemen dan Kebijakan Obat, 4. Farmakokinetika klinik, 5. Etnofarmakologi, 6. Farmakologi klinik dan Farmasi Klinik, 7. Farmakologi dasar dan Toksikologi.
Mulai tahun 2016, sesuai dengan Struktur Organisasi dan Tata Kelola (SOTK) yang diberlakukan di UGM, Bagian Farmakologi dan Terapi berubah menjadi Departemen Farmakologi dan Terapi, yang terdiri atas 5 Divisi: 1. Farmakogenomik, 2. Farmakologi dan Toksikologi Eksperimental, 3. Etnofarmakologi, 4. Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat, 5. Farmakoepidemiologi, Farmakovigilans & Farmakoekonomi. Sampai bulan Januari 2016, Departemen Farmakologi dan Terapi mempunyai 18 tenaga pengajar yang terdiri atas 5 orang profesor, 8 orang bergelar doktor, 5 orang bergelar master (4 di antaranya sedang menempuh program doktor).
Kepala Bagian
Periode 2009-2013 : Prof. Dr. Mustofa, M.Kes., Apt
Periode 2013-2016 : Prof. dr. Ngatidjan, M.Sc., Sp.FK(K)
Ketua Departemen
Periode 2016- saat ini : Dr. dr. Eti Nurwening Sholikhah, M.Kes., M.Med.Ed