Sanksi yang diterima Atlet Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 akibat terbukti mengkonsumsi doping, menjadi warning serius bagi seluruh Atlet yang akan berlaga pada PON 2024 (awal September 2024). Pasalnya, pada PON 2021 lalu, 3 orang peraih medali Emas, 1 Perak dan 1 Perunggu, dicabut kemenangannya, diminta mengembalikan seluruh hadiah yang diterima beserta bonusnya, dan mendapat skorsing bahkan hingga 4 tahun. Hal tersebut disampaikan oleh Dr.rer.nat. apt. Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc. dalam acara Round Tabel Discussion (RTD). Acara yang diselenggarakan oleh RS Siloam Yogyakarta, pada tanggal 22 Agustus 2024 ini dibuka oleh Direktur Rumah Sakit Siloam, beserta Ketua Umum Nasional Anti-Doping Organization (IADO) Gatot S. Dewa Broto.
abdimas
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2023 mendapatkan bahwa prevalensi diabetes melitus (DM) Indonesia di tahun 2023 meningkat dibandingkan tahun 2018 yaitu dari 1,5% menjadi 1,7 % untuk semua umur dan 2,0% menjadi 2,2 % untuk usia ≥ 15 tahun. Prevalensi DM di Propinsi DIY sebesar 2,9%, suatu angka yang melebihi tingkat nasional (SKI, 2023). Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan ini yang tentunya sudah diupayakan oleh pemerintah agar jumlahnya tidak cepat melonjak, dan bila sudah diderita maka dicegah tetap terkendali dan tidak menimbulkan komplikasi yang tidak diharapkan. Meskipun demikian partisipasi dari masyarakatlah yang paling utama dalam pengendalian ini.
Angka Harapan Hidup (AHH) semakin meningkat dari tahun ketahun baik di negara berkembang maupun sedang berkembang seperti Indonesia. Rata-rata AHH orang Indonesia di tahun 2018 adalah 73 tahun dan naik menjadi 73,6 tahun di tahun 2022. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan AHH terbanyak, baik untuk laki-laki maupun perempuan dengan rata-rata AHH berturut-turut adalah 73,28 dan 76,93 tahun (BPS, 2023). Hal ini berdampak semakin banyak persentase lanjut usia dan masalah kesehatan yang dijumpai di usia lanjut.
Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang insidensinya semakin meningkat setiap tahunnya dan memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terutama pada lansia. Lansia dan pra-lansia di Desa Banyurejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman diketahui banyak yang menderita hipertensi. Sebagian besar penderita sudah mengetahui mereka memiliki hipertensi namun kesadaran untuk mengontrol tekanan darah dengan mengubah pola hidup yang lebih sehat dan konsumsi obat antihipertensi secara teratur belum dioptimalkan. Maka dari itu, tim abdimas FK-KMK UGM Dr. dr. Rul Afiyah Syarif, M.Kes., dr. Mia Munawaroh Yuniyanti, M.Biomed., dan Dr. Rio Jati Kusuma, S.Gz.,MS. menyelenggarakan kegiatan pembentukan kelompok hipertensi di Dusun Senoboyo, Desa Banyurejo, Tempel, Sleman. Kegiatan disertai dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan agar para penderita hipertensi dapat lebih baik dalam mengontrol tekanan darahnya.