Yogyakarta, 16 Oktober 2025 – Departemen Farmakologi dan Terapi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menyelenggarakan Plenary Lecture dan Konferensi bertema pengembangan teknologi kesehatan. Kegiatan yang berlangsung secara hybrid ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta baik dari kalangan akademisi, peneliti, praktisi, hingga pembuat kebijakan di bidang kesehatan, dan pemateri dari dalam dan luar negeri.
Acara dibuka secara resmi oleh Dekanat FK-KMK UGM setelah sambutan dari Ketua Departemen Farmakologi dan Terapi. Kegiatan ini diawali dengan dua sesi Plenary Lecture yang menghadirkan narasumber luar negeri Prof. Dr. Asrul Akmal Shafie dari Universiti Sains Malaysia membawakan materi mengenai The Role of Pharmacoeconomic on HTA and Health Product Development. Dalam materi tersebut ia menyoroti pentingnya evaluasi ekonomi dalam pengambilan keputusan terkait pengembangan produk kesehatan.
Sesi dilanjutkan oleh Dita Novianti Sugandi Argadiredja, S.Si., Apt., MM., Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan RI, yang memaparkan tantangan pengembangan teknologi kesehatan di Indonesia, termasuk obat, alat medis, dan alat kesehatan. Dalam sesi tersebut ia juga menyoroti keberhasilan pengembangan secara terus-menerus penyediaan fasilitas di seluruh negeri, termasuk kemampuan rumah sakit di Ambon yang pada saat ini sudah mampu melakukan bedah jantung terbuka (open heart surgery).
Setelah sesi plenary selesai, selanjutnya sesi konferensi diselenggarakan dalam dua sesi utama yang mencakup topik-topik penting terkait evaluasi dan pengembangan berbagai jenis teknologi kesehatan. Dalam Konferensi 1, sejumlah pakar dari FK-KMK UGM dan Fakultas Farmasi UGM mempresentasikan hasil penelitian dan pengalaman yang ada, terkait pengembangan obat kimiawi (Prof. Dr. Dra. Erna Kristin, M.Si., Apt.), vaksin dan produk biologi (Prof. dr. Jarir At Thobari, D.Pharm., Ph.D.), obat herbal (Dr.rer.nat. apt. Yosi Bayu Murti, S.Si., M.Si.), hingga evaluasi alat kesehatan (Dr. dr. Rustamaji, M.Kes ). Sesi ini ditutup dengan diskusi mengenai bagaimana pengembangan teknologi kesehatan dapat dilaksanakan secara optimal dipandu oleh Prof. Dr. Sri Suryawati, Apt.
Kegiatan berlanjut dengan Lunch Symposium yang mengangkat tema terapi hipotiroid dan tantangan dalam switching obat Levothyroxine, dengan narasumber Dr. dr. Hendra Zufry, SpPD-KEMD dari Universitas Syiah Kuala dan Astriani Dwi Aryaningtyas, pendiri komunitas pasien tiroid “Pita Tosca”.
Sesi Konferensi 2 pada siang hari menghadirkan pengalaman langsung para peneliti dalam pengembangan berbagai produk kesehatan. Pada sesi ini pengembangan beberapa narasumber pakar yang berpengalaman dalam pengembangan obat kimiawi (Prof. Dr. apt. Mustofa, M.Kes.), vaksin (Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D., Sp.MK(K)), herbal (Prof. Dr. Mae Sri Hartati Wahyuningsih, M.Si., Apt. ) hingga alat medis dan kesehatan yang disampaikan oleh Prof. Ir. Alva Edy Tontowi, M.Sc., Ph.D.,
IPU., ASEAN Eng. Peran penting Komisi Etik dalam riset kesehatan juga diangkat oleh Prof. Dr. dr. Eti Nurwening S, M.Kes., M.Med.Ed., Sp.KKLP. selaku ketua komisi etik FKKMK UGM yang menekankan pentingnya integritas dan perlindungan subjek penelitian.
Acara ditutup dengan diskusi panel yang merangkum berbagai isu strategis dalam pengembangan teknologi kesehatan nasional, serta penyerahan penghargaan kepada para narasumber.
Kegiatan ini menjadi wadah penting untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dalam rangka mendorong inovasi dan kolaborasi lintas sektor, guna mempercepat kemandirian dan kemajuan teknologi kesehatan di Indonesia.